Berani Menyambut Lebaran

 

Foto: Canva

Tak terasa beberapa hari lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadan. Lalu setelahnya kita bisa merayakan idul fitri. Candaan dan memes sekitar dua momen itu sudah mulai bertebaran. Salah satunya tadi yang aku lihat ada kalimat begini di sebuah meme, "Semakin dewasa aku semakin takut menghadapi lebaran."

Apakah kamu pernah atau sedang merasakannya? Well, kamu tidak sendiri. Aku juga pernah merasakannya. 

Sejak kapan?

Apa sebabnya?

Bagaimana aku akhirnya bahagia lagi menyambut lebaran?

Begini ceritanya...

Sewaktu aku kecil, lebaran adalah momen istimewa buatku. Baju baru, makanan banyak, kue-kue, bertemu kerabat. Jaman itu belum ada tradisi bagi-bagi duit atau jaman sekarang disebut THR ke anak kecil selain keluarga sendiri, berbeda dengan sekarang. 

Momen paling mengesankan adalah saat malam menjelang lebaran anak-anal di tempatku berkumpul mengenakan pakaian dan sandal baru. Kami berkunjung dari rumah ke rumah di lingkungan kami untuk meminta maaf ke orang-orang dewasa. Kami akan mendapatkan kue-kue dari mereka. Ada yang dimakan di tempat, ada yang dibawa pulang. 

Sepulang dari kegiatan itu biasanya aku susah tidur karena tidak sabar menunggu lebaran yang sesungguhnya keesokan paginya. 

Namun kebiasaan ini berubah saat keluargaku pindah rumah. Di lingkungan yang baru tidak ada anak-anak yang berkumpul pada malam sebelum lebaran. Beberapa hari sebelum Hari H mereka dan keluarga mudik ke rumah kakek nenek mereka. 

Bukan berarti di sini tidak seru, ya. Keseruannya ada pada bulan Ramadannya. Hampir setiap pagi seusai sholat subuh kami jalan-jalan sekitar kampung dengan tujuan akhir terminal bis terdekat. Di sana kami bermain-main sampai bosan. Biasanya kembali sekitar jam 7-8 pagi. Mirip Si Bolang. 

Tahun-tahun berlalu. Suasana berubah. Aku semakin dewasa. Yang biasanya mendapat jatah THR minimal dari kerabat kini posisinya berubah, aku yang harus mulai memberi anak-anak kecil (kerabat atau bukan). Teman-teman memiliki kesibukan masing-masing. Sepupu-sepupu sudah menikah dan sibuk dengan keluarga barunya. Lebaran jadi berbeda. Tidak menyenangkan lagi. 

Bertahun-tahun aku merasa seperti itu. Puasa sebulan, membeli baju baru, lebaran datang, maaf-maafan, lalu kembali ke rutinitas biasa sebelum Ramadan. Uang juga habis untuk diri sendiri dan bocil-bocil di sekitarku, bahkan juga bocil tidak kukenal (misalnya, anak kerabat jauh yang jarang bertemu). Kadang kesal juga. Momen lebaran tidak menyenangkan sama sekali.

Hingga suatu hari entah bagaimana, aku memperhatikan keceriaan anak-anak di sekitarku saat lebaran. Melihat mereka bahagia mengikuti takbiran, mengenakan baju baru dan berlarian ke sana kemari di lapangan sebelum dan sesudah sholat Eid, berebutan membuka toples kue, menitipkan uang yang diberi oleh kerabat mereka pada orang tua masing-masing membuatku seolah mendapatkan pencerahan. Aku jadi menyadari sesuatu. Dulu sewaktu kecil lebaran terasa istimewa dan menyenangkan pasti karena ada orang-orang dewasa di sekitarku yang bekerja keras untuk itu. Mereka pasti berusaha bagaimana pun caranya untuk memastikan anak-anak kecil di sekitar mereka bisa berbahagia saat idul fitri. 

Sekarang saat aku dewasa, alih-alih mengeluhkan lebaran yang mulai kehilangan maknanya seharusnya aku yang mengambil peran itu untuk membuat anak-anak bahagia. Agar kelak saat mereka dewasa, mereka akan memiliki kenangan indah di hari lebaran, seperti yang aku rasakan dulu.

Sejak itu aku kembali antusias menyambut lebaran. Meskipun hanya bisa melakukan hal paling minimum macam memberi THR atau mengajak pergi mereka membeli makanan, mainan atau mengunjungi tempat  kesukaan mereka. Melihat senyum anak-anak membuat hati ini terasa hangat dan kerja keras terbayar. 

Aku juga mengingat siapa orang-orang yang dulu baik padaku sewaktu kecil. Aku berusaha membalas kebaikan mereka baik secara langsung maupun melalui cucu-cucu mereka meskipun dengan nilai yang tidak besar. Kedatangan anak-anak kecil dari kerabat jauh juga jadi menyenangkan. 

Ramadan dan Lebaran kini menjadi momen istimewa lagi untukku. 

Selamat menyambut Bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri dengan keberanian baru. ❤️


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Udang Goreng Tepung

Biskuit Khong Guan Sebulan Setelah Lebaran

Setahun Bersama Bule