Perjalanan hari pertama memang bikin kaki pegel karena di Indonesia aku terbiasa ke mana-mana naik motor. Sedangkan di sini harus lebih banyak berjalan kaki. Tapi itu tidak mengurangi semangat untuk melanjutkan perjalanan hari ke dua.
Aku terbangun sebelum jam 5, seperti kebiasaanku di rumah. Tidak mau menyia-nyiakan waktu, aku langsung mandi, sholat subuh, dan siap-siap. Btw di kamar ada petunjuk arah kiblat jadi untuk travelers Muslim tidak perlu kuatir.
Karena temanku ada online meeting jadi aku pergi sarapan sendirian. Di gambar menunya sih biasa, ya. Ekspektasiku bakal seukuran gorengan di Indonesia gitu, lah. Ternyata pas datang itu besar banget. Aku lupa namanya cuma ingat rasa bumbunya ada yang mirip makanan hajatan di Jawa Timur. Rasa rotinya sendiri cenderung hambar. Aku minta jatah sarapan satunya lagi untuk dibungkus karena temanku tidak bisa turun.
Aku kembali ke hotel untuk membawakan sarapan temanku. Karena meetingnya belum selesai jadi aku jalan duluan sambil terus update lokasi.
Tujuan pertama adalah Central Market / Pasar Seni. Dari hotel jalan sebentar menuju stasiun Laluan Monorail lalu naik elevator atau lift menuju ke Nu Sentral Mall. Ternyata dari mall ini nyambung ke stasiun KL Sentral. Wah, seharusnya kemarin begitu tiba di KL Sentral kami belok kiri lalu naik elevator menuju Nu Sentral Mall, bukannya belok kanan keluar dari stasiun. Wkwkwk.
Jalan sebentar dari ABC One Bistro ada lift dan elevator menuju Nu Sentral. Ada hotel lain juga itu, Easy Hotel yang bangunannya menyatu dengan bistro.
Stasiun KL Sentral dari arah Nu Sentral Mall
Dari KL Sentral aku menuju mesin pembelian tiket. Semua mesin dalam proses maintenance jadi aku berniat membeli di loket. Ternyata kata petugas aku boleh ambil koinnya gratis karena mesin pembelian sedang tidak berfungsi. Lumayan. Eh.
Dari stasiun Pasar Seni aku mengikuti maps hingga tiba di Pasar Seni. Saat itu belum jam 10 sementara Pasar Seni buka jam 10. Oleh petugas aku disarankan keliling dulu di sekitar situ lalu nanti kembali lagi. Ok.
Aku pun berjalan sambil melihat gedung-gedung tua di sepanjang jalan yang masih terawat. Ada yang berupa restoran, kedai kopi, dsb. Aku mengikuti langkah kakiku saja, entah kenapa di sini aku tidak takut tersesat.
Di area sini juga mobil jarang, kalau ada pun jalannya selow banget. Sangat memudahkan pejalan kaki.
Tak lama kemudian aku tiba di Petaling Street. Aku samar-samar mengingat seorang teman bercerita tentang area ini tapi aku lupa detailnya. Gerbang depannya ada ornamen yang khas China. Di dalamnya ada lampion-lampion yang tergantung di atas. Di sini juga baru ada beberapa toko yang buka.
Ada satu toko buka, tulisannya toko DVD tapi aku lihat di dalamnya ada souvenir khas Malaysia. Wah, kebetulan. Ini tokonya kecil tapi isinya bermacam-macam. Gantungan kunci, tote bag, kaos, magnet kulkas, coklat, sabun, alat tulis, kipas, hiasan dinding dll. Penjaganya orang India (atau mungkin Turki. Pokoknya yang wajah² Timur Tengah atau Asia bagian sana gitu dan bisa berbahasa Melayu jadi lagi-lagi tidak ada kendala bahasa di sini. Boleh incip tester coklat juga di sini.
Sementara itu temanku sudah selesai meeting dan otw Pasar Seni jadi aku memutuskan menunggu di tempat yang mudah dicari. Awalnya aku menunggu di depan Pasar Seni tapi kemudian gerimis jadi aku masuk ke kawasan pasar. Saat itu toko-toko sudah buka. Aku sempat melihat-lihat daftar harganya. Ternyata di Petaling Street tadi lebih murah, alhamdulillah aku tadi ke sana duluan.
Setelah bertemu temanku kami mencari tempat makan karena dia belum sarapan. Sarapan yang aku bawakan tadi masih belum dia sentuh. Oke, kami makan di lagi-lagi resto India. Kali ini lauknya daging domba dan ikan goreng, minumannya es kelapa muda yang manis banget. Kalau tidak salah ingat harganya RM 21. Pesan satu porsi untuk dua orang, sedotan juga minta 2.
Kami kembali ke toko suvenir di Petaling Street karena temanku belum belanja. Dan aku jadi ikut nambah belanjaan. Setelah membayar si abang penjaganya baru bilang kalau tokonya menerima mata uang lain seperti rupiah atau SGD. Ya, kenapa tidak bilang sebelumnya? Kan lumayan masih ada sisa SGD dari trip 2016 lalu?
Dengan bawaan segitu banyak tidak mungkin kami melanjutkan ke tujuan berikutnya. Jadi kami kembali ke hotel untuk menyimpan barang-barang dulu. Sebelum tiba di hotel aku mampir beli vitamin karena rasanya seperti sudah mau tumbang. Haha... Aku mampir Guardian sementara temanku nyari ATM untuk tarik tunai. Kami mampir ke toko buah juga, aku membeli nectarine untuk bekal di jalan. Ngga tau kenapa, selama di Malaysia ini aku merasa dikit-dikit lapar jadi per 3-4 jam sekali harus makan.
Ketika kamu anak gen Z tapi masih percaya klenik
Bersambung...
Komentar
Posting Komentar